Saudaraku, kemarin
saya mengikuti khutbah Jum’at di masjid Aqshol Madinah, Pondok Pesantren
Hidayatullah Surabaya. Khatibnya adalah ust. Faishal Haq M.Pd.I, dosen STAI
Luqman Al-Hakim Hidayatullah Surabaya.
Ada beberapa poin
dari khutbah beliau yang ingin saya tuliskan di sini. Khutbah beliau singkat dan jelas. Saya kira itu bagian dari metode
dakwah, bahwa hendaknya tidak
berlama-lama dalam berkhutbah. Karena, jama’ah masjid datang dari berbagai
kalangan.
Pertama-tama ust.
Faishal menyampaikan hadits dari Rasulullah Saw yang beliau imrovisasi. Yaitu,
adanya 3 manusia yang pertama kali dihisab. Ditampakkan kepada mereka
nikmat-nikmat yang telah Allah. Lalu ketiganya ditanya apa yang telah mereka
lakukan di dunia dengan nikmat-nikmat itu.
Yang pertama kali
“disidang” adalah seorang mujahid. Dengan mantap sang mujahid ini menyampaikan
bahwa dia menggunakan nikmat-nikmat yang Allah berikan untuk menghabiskannya
dalam jihad, berperang di jalan Allah. Tapi kemudian Allah berfirman, “Kamu
bohong. Kamu berperang agar kamu disebut pahlawan”. Akhirnya, dia dijebloskan
ke neraka. Padahal, sudah terbayang-bayang dalam pandangannya bahwa dia akan
merasakan surga.
Setelah sang mujahid
selesai disidang, giliran selanjutnya adalah seorang dermawan dan seorang alim.
Dengan cara yang sama, mereka ditanya oleh Allah. Dan, Allah pun berfirman di
hadapan mereka. “Kamu bohong. Kamu tidak melakukannya karena Aku”. Dan,
keduanya pun bernasib sama dengan sang mujahid merasakan kerasnya siksaan di
neraka.
Ust. Faishal pun
menyampaikan bahwa amalan yang berpotensi besar seperti jihad, sedekah, dan
menyampaikan ilmu ternyata tak ada apa-apanya kalau sudah berhadapan dengan
niat. Kalaulah niatnya salah, amalan sebesar apapun bisa hancur
berkeping-keping.
Beliau kemudian
menjelaskan bahwa perkara menjaga niat agar ikhlas adalah pekerjaan panjang
sampai nafas berhenti berhembus. Niat ikhlas harus terus diusahakan dan dijaga.
Mulai dari sebelum beramal, ketika sedang beramal, dan setelah beramal. Jangan
sampai kita melakukan amalan dengan ikhlas, tapi setelah berpuluh tahun
kemudian kita mengungkit-ungkitnya sehingga riya’ menghampiri kita. Kalau sudah
begitu, pahala amalan yang berusia puluhan tersebut akan sirna tak bersisa.
Setelah menyampaikan
ayat-ayat dan hadits, serta beberapa penjelasan lainnya, ust. Faishal kemudian
memberikan solusi agar kita terjaga dari riya’. Yang pertama, hendaknya kita
menambah ilmu kia tentang tauhid sehingga kita akan semakin mawas diri dan
selalu merasa diawasi oleh Allah. Yang kedua, kita berhati-hati tingkat tinggi dan
ekstra agar terjauh darinya.
Baiklah, saya
cukupkan di sini. Semoga tulisan singkat dan sederhana ini bermanfaat bagi kita
semua. Amiin.
Surabaya, 5 September
2014






0 komentar:
Posting Komentar