Jumat, 05 September 2014

Jangan Remehkan Niat!

Saudaraku, kemarin saya mengikuti khutbah Jum’at di masjid Aqshol Madinah, Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya. Khatibnya adalah ust. Faishal Haq M.Pd.I, dosen STAI Luqman Al-Hakim Hidayatullah Surabaya.

Ada beberapa poin dari khutbah beliau yang ingin saya tuliskan di sini. Khutbah beliau singkat dan  jelas. Saya kira itu bagian dari metode dakwah, bahwa  hendaknya tidak berlama-lama dalam berkhutbah. Karena, jama’ah masjid datang dari berbagai kalangan.

Pertama-tama ust. Faishal menyampaikan hadits dari Rasulullah Saw yang beliau imrovisasi. Yaitu, adanya 3 manusia yang pertama kali dihisab. Ditampakkan kepada mereka nikmat-nikmat yang telah Allah. Lalu ketiganya ditanya apa yang telah mereka lakukan di dunia dengan nikmat-nikmat itu.



Yang pertama kali “disidang” adalah seorang mujahid. Dengan mantap sang mujahid ini menyampaikan bahwa dia menggunakan nikmat-nikmat yang Allah berikan untuk menghabiskannya dalam jihad, berperang di jalan Allah. Tapi kemudian Allah berfirman, “Kamu bohong. Kamu berperang agar kamu disebut pahlawan”. Akhirnya, dia dijebloskan ke neraka. Padahal, sudah terbayang-bayang dalam pandangannya bahwa dia akan merasakan surga.

Setelah sang mujahid selesai disidang, giliran selanjutnya adalah seorang dermawan dan seorang alim. Dengan cara yang sama, mereka ditanya oleh Allah. Dan, Allah pun berfirman di hadapan mereka. “Kamu bohong. Kamu tidak melakukannya karena Aku”. Dan, keduanya pun bernasib sama dengan sang mujahid merasakan kerasnya siksaan di neraka.

Ust. Faishal pun menyampaikan bahwa amalan yang berpotensi besar seperti jihad, sedekah, dan menyampaikan ilmu ternyata tak ada apa-apanya kalau sudah berhadapan dengan niat. Kalaulah niatnya salah, amalan sebesar apapun bisa hancur berkeping-keping.

Beliau kemudian menjelaskan bahwa perkara menjaga niat agar ikhlas adalah pekerjaan panjang sampai nafas berhenti berhembus. Niat ikhlas harus terus diusahakan dan dijaga. Mulai dari sebelum beramal, ketika sedang beramal, dan setelah beramal. Jangan sampai kita melakukan amalan dengan ikhlas, tapi setelah berpuluh tahun kemudian kita mengungkit-ungkitnya sehingga riya’ menghampiri kita. Kalau sudah begitu, pahala amalan yang berusia puluhan tersebut akan sirna tak bersisa.

Setelah menyampaikan ayat-ayat dan hadits, serta beberapa penjelasan lainnya, ust. Faishal kemudian memberikan solusi agar kita terjaga dari riya’. Yang pertama, hendaknya kita menambah ilmu kia tentang tauhid sehingga kita akan semakin mawas diri dan selalu merasa diawasi oleh Allah. Yang kedua, kita berhati-hati tingkat tinggi dan ekstra agar terjauh darinya.

Baiklah, saya cukupkan di sini. Semoga tulisan singkat dan sederhana ini bermanfaat bagi kita semua. Amiin.


Surabaya, 5 September 2014

0 komentar:

Posting Komentar