Saya bukan orang HTI. Saya orang Islam. Saya mau menulis di sini,
karena ada yang “alergi” dengan kata ‘khalifah’ atau ‘khilafah’.
Padahal, kata ‘khilafah’ masih ada pada tahun 1924/1926. Artinya,
khilafah baru tidak ada sejak 88/86 tahun yang lalu. Jadi, hanya 88/86 tahun
tidak ada khilafah. Adapun sejak sahabat Abu Bakar As-Shiddiq sampai tahun
1924/1926, khilafh telah berdiri selama ribuan tahun. Bukankah zaman Abu Bakar
adalah abad ke-6, sedangkan khilafah runtuh pada abad ke-19. Jadi, ada 14 abad
alias 1.400 tahun. Ingat, khilafah telah eksis selama 1.400 tahun, sedangkan
khilafah baru tidak ada selama 88/86 tahun saja.
Tidak hanya alergi, tapi mereka juga mengatakan bahwa membangun
khilafah itu utopia alias mustahil. Kenapa? Coba bayangkan, kata mereka,
khilafah itu mengharuskan negara-negara yang ada sekarang berada di bawah
naungan “presiden” yang bernama “khalifah”. Jadi presiden Indonesia, SBY misalnya,
nanti hanya akan menjadi gubernur, sebagaimana Mesir di zaman kekhalifahan dulu
tidak punya presiden, tapi hanya punya gubernur. Selain itu, sekarang ada PBB.
Wah, gimana ini. Nanti tidak jelas dong kalau ada khilfah. Nggak usahlah
mengenang masa lalu terlalu dalam. Nggak usahlah terlalu larut dalam romantisme
sejarah. Sekarang ya sekarang, nggak usah menoleh ke masa lalu. Hidup sudah
modern, koq masih melihat yang “kuno”. Astaghfirullah....