Alhamdulillah
saudaraku, saya nulis lagi. Saya hanya ingin menuliskan bahwa menolong orang
lain sangat besar manfaatnya, tidak hanya untuk orang yang kita bantu tapi juga
untuk diri kira sendiri. Justru, manfaat yang kita dapatkan lebih besar
daripada manfaat orang yang kita bantu.
Mengapa saya bisa
berkata demikian? Orang yang membantu orang lain berpotensi menjadi orang
terbaik di sisi Allah, sementara orang yang kita bantu tidak. Rasulullah Saw
pernah menyampaikan, “Khoirun naas, anfa’uhum lin naas”. “Sebaik-baik manusia
adalah orang yang bermanfaat bagi orang lainnya”. Bukankah membantu orang lain
adalah orang yang memberikan manfaat orang lain? Iya bukan? J
Kedua, orang yang
membantu orang lain mendapatkan pahala dari Allah, sementara orang yang kita
bantu tidak. Jangan dikira kalau pahala hanya bisa didapatkan dengan shalat,
puasa, baca al-Quran dan semisalnya yang sifatnya adalah ibadah vertikal
langsung dengan Allah. Pahala juga bisa didapatkan dengan ibadah yang sifatnya
horisontal, bersinggungan dengan manusia. Sebutlah misalnya syariat zakat dan sedekah.
Bukankah keduanya adalah ibadah yang sifatnya horisontal? Berhubungan dengan
manusia? Bukankah zakat dan sedekah adalah dalam rangka membantu orang lain?
Ketiga, orang yang
membantu orang lain akan dibantu oleh Allah walaupun tidak secara langsung dan
tidak harus dibantu oleh orang yang kita bantu sebelumnya. Allah berfirman
dalam sebuah qudsi yang tercantum dalam kitab hadits arba’in, “Allah akan
menolong seorang hamba selama dia menolong saudaranya”.
Misalnya suatu hari
kita membantu A. Lalu pada hari berikutnya ada B yang membantu meringankan
beban kita. Nah, memang benar bukan A yang membantu kita. Allah lah yang
membantu kita melalui perantara si B. Jadi, kalau kita bantu orang lain maka
Allah akan membantu kita. Namun orang yang kita bantu tidak akan dapat bantuan
lain dari Allah sebagaimana orang yang membantu, kecuali Allah berkehendak.
Baiklah saudaraku,
mungkin itu yang bisa sampaikan. Semoga bermanfaat. :)
Surabaya, 28 Agustus
2015