Selasa, 02 September 2014

Benarkah Kisah dalam Al-Quran Hanyalah Dongeng?

Dari dulu, kaum muslimin percaya bahwa kisah dalam al-Quran merupakan sebuah fakta sejarah. Tidak mungkin kisah dalam al-Quran hanyalah dongeng yang kebenarannya masih dipertanyakan. Akan tetapi di zaman modern ini, ada seorang pelajar muslim yang memiliki kesimpulan bahwa sebagian dari kisah dalam al-Quran hanyalah mitos atau dongeng. Pelajar muslim ini bernama Ahmad Khalaf Allah, muslim asal Mesir yang lahir pada 1916. 
Kenapa Ahmad Khalaf Allah memiliki kesimpulan seperti itu? Tampaknya, Ahmad Khalaf ingin membela al-Quran atas serangan kaum orientalis terhadap al-Quran yang menyatakan bahwa dalam al-Quran terdapat mitos atau dongeng. Tapi sayangnya, bukan membantah pernyataan tersebut, Ahmad Khalaf justru mengamini pernyataan orientalis tersebut lalu mengatakan bahwa adanya dongeng atau mitos dalam al-Quran bukanlah sebuah aib. Menurutnya, adanya dongeng atau mitos dalam al-Quran merupakan bagian dari bentuk sastra yang rumit dan tinggi. 
Karena pemikirannya yang aneh dan kontroversial ini, ia dianggap telah menistakan agama terutama oleh para akademisi al-Azhar, Mesir. Pada tahun 1947, disertasi doktoralnya yang membahas tentang pemikiran kontroversialnya ini dinegasikan oleh pihak Universitas Fuad 1 (sekarang Universitas Kairo) untuk menyidangkan disertasinya.
Anggapan dan Asumsi
Ahmad Khalaf berpandangan bahwa kisah dalam al-Quran hendaknya dipahami dengan pendekatan sastra, bukan dengan pendekatan sejarah. Sehingga, walaupun kisah dalam al-Quran terdapat dongeng tidak jadi masalah.
Ahmad Khalaf berasumsi bahwa al-Quran tidak pernah menolak adanya asatir (dongeng) dalam al-Quran. Adapun pernyataan dalam surat al-Furqan [25]: 5-6 tentang penafian asatir yang yang dipahami oleh banyak orang sebagai penafian keberadaan asatir dalam kandungan al-Quran sejatinya tidak menafikan keberadaan asatir dalam kandungan al-Quran. Ayat ini menurutnya hanya menafikan kalau asatir tersebut bersumber dari nabi Muhammad Saw. Bunyi ayat tersebut adalah,
 “Dan mereka berkata: ‘Dongengan-dongengan orang-orang dahulu, dimintanya supaya dituliskan, maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang’ (5). Katakanlah: ‘al-Quran itu diturunkan oleh (Allah) yang mengetahui rahasia di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang’ (6) (Al-Furqon: 5-6).
Asumsi Keliru
Padahal, penafian kalau asatir tersebut bersumber dari nabi Muhammad Saw bukan ada di al-Furqon ayat 5-6 ini. Melainkan ada pada ayat sebelumnya, yaitu ayat 4. “Orang-orang kafir berkata: ‘al-Quran ini hanyalah perkataan dusta yang dibuat oleh Muhammad. Dia membuat al-Quran ini dibantu oleh sekelompok kaum Yahudi dan Nasrani. Sungguh orang-orang kafir itu telah berbuat zalim dan melakukan kebohongan yang sangat keji’ (Al-Furqon: 4). Di ayat ini dengan tegas dibantah pernyataan orang kafir bahwa asatir dibuat oleh nabi Muhammad Saw.
Adapun untuk redaksi pada ayat 5-6 menunjukkan bahwa al-Quran memang menafikan keberadaan asatir dalam kandungan al-Quran secara keseluruhan. Al-Quran (Allah) membantahnya dengan redaksi ini: “al-Quran itu diturunkan oleh (Allah) yang mengetahui rahasia di langit dan di bumi”. 
Pernyataannya, apakah logis bagi Dzat yang memiliki sifat semacam ini untuk berinteraksi dengan hal-hal yang berbau fiktif (dongeng)? Semua yang dinisbatkan kepada Allah SWT baik berupa penciptaan maupun perkataan merupakan kebenaran yang bersifat absolut, dan jauh dari segenap unsur kebatilan dan kebohongan
Lagipula, dalam al-Quran surat Yusuf ayat 111 diterangkan bahwa kumpulan pemberitaan dan kejadian sejarah yang kebenarannya bersifat absolut dan jauh dari unsur khayal.
Allah berfirman,
 “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”.
Jadi jelaslah kekeliruan dari asumsi pelajar dari Mesir bernama Ahmad Khalaf Allah ini. Semua kisah dalam al-Quran bukanlah dongeng yang bersifat fiktif dan khayalan belaka, melainkan sebuah fakta sejarah yang benar-benar terjadi.


Surabaya, 3 September 2014

0 komentar:

Posting Komentar