Ada sebuah
nasehat indah dari teman saya beberapa waktu yang lalu. Saya ingin mengabadikan
nasehat itu di sini agar orang lain bisa membacanya. Atau paling tidak, saya
bisa membacanya kembali di waktu yang lain sehingga saya kembali tersadarkan.
Hal itu bermula
ketika saya menyampaikan kepadanya bahwa saya masih mau fokus pada pengerjaan
tesis. Jadi saya mau fokus dan memikirkan khusus untuk tesis ini, makanya saya
tidak ingin diganggu oleh hal-hal lain. Kemudian dia menasehati saya bahwa
perkara dunia itu tidak usah terlalu dipirkan secara mendalam. Perkara dunia
itu hanya terjadi di dunia dan akan selesai di dunia. Pengerjaan tesis itu
adalah perkara dunia. Ia adalah urusan kecil, tidak perlu dibesar-besarkan.
Saya pun
sadar, bahwa selama ini saya salah dalam bersikap. Apalagi sehari sebelumnya
teman saya ini mengatakan kepada saya bahwa kalau kita merasa berat dan gelisah
terhadap urusan dunia, maka spritualitas kita sedang bermasalah. Saya sadar
bahwa spritualitas saya sedang bermasalah. Saya lebih banyak memikirkan dunia
daripada akhirat. Saya lupa bahwa akhirat adalah kehidupan sebenarnya. Saya
lupa bahwa urusan dunia hanyalah sementara dan merupakan ladang untuk akhirat.
Dari situlah
kemudian saya membuat sebuah kesimpulan bahwa kita hendaknya menganggap kecil
yang seharusnya memang kecil, dan menganggap besar perkara yang memang besar.
Yang perlu dianggap kecil karena dia memang kecil adalah urusan dunia. Urusan
dunia adalah perkara kecil, tidak perlu dibesar-besarkan. Sedangkan urusan
akhirat adalah besar sehingga kita hendaknya takut untuk masuk neraka di
akhirat sana. Kita sangat berharap untuk masuk surga. Caranya ialah berusaha
mendekat kepada-Nya, banyak beristighfar, minta ampun atas segala kelalaian
yang sudah dibuat. Karena Dia Maha Tahu apa yang kita kerjakan walau kita
dengan sekuat tenaga berusaha menyembunyikan.
Akhirnya,
semoga kita bisa bersikap adil. Menempatkan sesuatu pada tempatnya. Perkara
dunia yang merupakan kecil dan remeh temeh tidak perlu dipikirkan secara
mendalam. Sedangkan perkara akhirat betul-betul diupayakan dengan
sungguh-sungguh. Tapi biasanya, orang yang lebih mengutamakan akhiratnya akan
sangat peduli dengan dunianya. Kenapa? Karena dunia adalah ladang bagi akhirat.
Tak ada akhirat tanpa ada dunia. Masuk surga atau neraka tergantung
tindak-tanduk kita di dunia.
Wallahua’lam
bis showab.
Surabaya, 31
desember 2015