Pernahkah jiwa kita terasa sempit dan terdesak? Seolah-olah ada batu yang
hendak jatuh dari atas. Permasalahan dunia pun terasa sangat besar dan agung
sehingga terasa mustahil untuk bisa diselesaikan. Hati gelisah bukan main. Sama
sekali tidak ada ketenangan. Bingung harus melakukan apa. Pikiran buntu.
Kalau merasakan hal itu, maka bisa dipastikan jiwa yang dimiliki sedang
berada dalam kondisi lapar dan haus yang parah. Kalau hal ini terjadi pada diri
kita, maka ada solusi ampuh yang bisa diterapkan. Apa itu?
Yaitu membaca al-Quran sebanyak-banyaknya. Semakin banyak ayat al-Quran
yang dibaca maka semakin berkurang kegelisahan. Semakin lama membaca, maka akan
semakin tenang jiwa kita. Batu di sudut hati yang sangat keras akan pecah dan
mengeluarkan air segar yang kemudian menyirami jiwa.
Dan memang, al-Quran adalah obat bagi apa yang ada dalam dada (hati/jiwa).
Syifaa-an fis sudhur, obat bagi apa yang ada dalam dada, firman Allah dalam
kalam suci-Nya.
Itulah solusi yang diberikan Allah saat jiwa sedang lapar. Saat pikiran
kalut dan hati gelisah tak menentu.
Namun ironisnya, banyak dari kita
yang mencari solusi lain yang ditawarkan oleh setan laknatullah dan hawa nafsu
jahat. Bukan membaca al-Quran atau berdzikir, namun justru tenggelam dalam
gelombang maksiat. Bukan mendekat ke masjid, justru lari menjauh
sejauh-jauhnya. Akhirnya, jiwa semakin merana dan tidak karuan.
Kalau ini yang terjadi, maka sesungguhnya kita sedang terjatuh ke dalam
jebakan setan laknatullah dan hawa nafsu jahat. Keduanya memang bersekongkol
untuk mengelabui lalu menghajar kita. Dihiasnya amalan neraka seolah surga.
Racun diberi merek madu. Bangkai dibungkus dengan kemasan yang menarik seolah
daging segar. Akhirnya kita terlena untuk larut dalam maksiat. Hati pun membatu
dan mengeras.
Maka saat sadar berada dalam kondisi ini, langkah yang harus ditempuh
adalah berusaha sekuat tenaga untuk mebaca al-Quran. Berdzikir. Mendekat ke
masjid. Awalnya mungkin berat. Tapi lama kelamaan, hati yang awalnya membatu
akan semakin mencair dan akhirnya menghasilkan ketenangan dan kelapangan.
Pikiran pun jernih. Optimisme kembali meningkat. Pandangan kembali terang.
Kebahagiaan hakiki juga akan ikut muncul dan menyirami jiwa.
InsyaAllah, dengan bacaan al-Quran dan dzikir, jiwa yang sedang lapar akan menjadi
kenyang. Semoga kita mampu mengamalkannya. Amiin.
Surabaya, 9 Desember 2016