Minggu, 11 Desember 2016

Solusi saat Jiwa Lapar

Pernahkah jiwa kita terasa sempit dan terdesak? Seolah-olah ada batu yang hendak jatuh dari atas. Permasalahan dunia pun terasa sangat besar dan agung sehingga terasa mustahil untuk bisa diselesaikan. Hati gelisah bukan main. Sama sekali tidak ada ketenangan. Bingung harus melakukan apa. Pikiran buntu.

Kalau merasakan hal itu, maka bisa dipastikan jiwa yang dimiliki sedang berada dalam kondisi lapar dan haus yang parah. Kalau hal ini terjadi pada diri kita, maka ada solusi ampuh yang bisa diterapkan. Apa itu?

Yaitu membaca al-Quran sebanyak-banyaknya. Semakin banyak ayat al-Quran yang dibaca maka semakin berkurang kegelisahan. Semakin lama membaca, maka akan semakin tenang jiwa kita. Batu di sudut hati yang sangat keras akan pecah dan mengeluarkan air segar yang kemudian menyirami jiwa.

Dan memang, al-Quran adalah obat bagi apa yang ada dalam dada (hati/jiwa). Syifaa-an fis sudhur, obat bagi apa yang ada dalam dada, firman Allah dalam kalam suci-Nya.

Itulah solusi yang diberikan Allah saat jiwa sedang lapar. Saat pikiran kalut dan hati gelisah tak menentu.

 Namun ironisnya, banyak dari kita yang mencari solusi lain yang ditawarkan oleh setan laknatullah dan hawa nafsu jahat. Bukan membaca al-Quran atau berdzikir, namun justru tenggelam dalam gelombang maksiat. Bukan mendekat ke masjid, justru lari menjauh sejauh-jauhnya. Akhirnya, jiwa semakin merana dan tidak karuan.

Kalau ini yang terjadi, maka sesungguhnya kita sedang terjatuh ke dalam jebakan setan laknatullah dan hawa nafsu jahat. Keduanya memang bersekongkol untuk mengelabui lalu menghajar kita. Dihiasnya amalan neraka seolah surga. Racun diberi merek madu. Bangkai dibungkus dengan kemasan yang menarik seolah daging segar. Akhirnya kita terlena untuk larut dalam maksiat. Hati pun membatu dan mengeras.

Maka saat sadar berada dalam kondisi ini, langkah yang harus ditempuh adalah berusaha sekuat tenaga untuk mebaca al-Quran. Berdzikir. Mendekat ke masjid. Awalnya mungkin berat. Tapi lama kelamaan, hati yang awalnya membatu akan semakin mencair dan akhirnya menghasilkan ketenangan dan kelapangan. Pikiran pun jernih. Optimisme kembali meningkat. Pandangan kembali terang. Kebahagiaan hakiki juga akan ikut muncul dan menyirami jiwa.

InsyaAllah, dengan bacaan al-Quran dan dzikir, jiwa yang sedang lapar akan menjadi kenyang. Semoga kita mampu mengamalkannya. Amiin.


Surabaya, 9 Desember 2016


Rabu, 07 Desember 2016

Membela al-Quran

Akhir-akhir ini di Indonesia sedang ramai dengan isu penistaan al-Quran yang dilakukan salah gubernur Jakarta yang non muslim. Maka menanggapi itu, umat muslim tumpah ruah turun ke jalan melakukan aksi damai untuk menuntut aparat agar memenjarakan sang penista. Aksi tersebut disebut sebagai aksi bela Islam atau bela al-Quran.

Aksi bela Al-Quran ini dilakukan sebanyak tiga kali. Pertama, dilakukan pada bulan Oktober, lalu yang kedua dilakukan pada 4 November 2016 (411) dan yang ketiga dilakukan pada tanggal 2 Desember 2016  (212). Peserta aksi bela al-Quran yang pertama hanya ribuan, namun pada aksi kedua dan ketiga mencapai angka jutaan. Bahkan aksi ketiga ini dua atau tiga kali lipat dari yang kedua. Walaupun ada perdebatan terkait jumlah berapa orang yang ikut dalam aksi ini.

Nah, ada satu hal penting yang saya ingin tuliskan di sini terkait pembelaan terhadap al-Quran. Hal ini saya dapatkan ketika saya melakukan penyimpulan dari apa yang disampaikan para para da’i yang memberikan tausiyah pada aksi bela Islam yang ketiga (212) seperti Habib Riziq, Aa Gym, dan ustadz Arifin Ilham.

Peristiwa ini merupakan bentuk teguran Allah kepada umat Islam untuk membela al-Quran yang merupakan kalam-Nya. Dan, bentuk pembelaan terhadap al-Quran tidak hanya sekedar menuntut keadilan terhadap sang penista al-Quran. Namun, lebih jauh lagi, hendaknya menjadi bahan renungan dan intropeksi bagi umat Islam dalam berinteraksi dengan al-Quran. 

Hendaknya, pembelaan al-Quran ini ditindaklanjuti dengan berusaha memperbanyak membaca al-Quran, mempelajari isinya, mentadabburinya, mengamalkannya, menghafalnya, dan mengajarkannya. Itulah bentuk pembelaan al-Quran yang hendaknya dilakukan oleh kaum muslimin.

Semoga kita bisa membela al-Quran dengan sebaik-baiknya. Amiin.



Surabaya, 7 Desember 2016