Minggu, 15 Mei 2016

Tak Mungkin Semua Orang Menyukai Kita

Pernahkah dengar cerita tentang seorang hamba sholeh bernama Luqman al-Hakim beserta anaknya yang mengendarai keledai? Di sini saya ingin menuliskan tentang hal itu agar bisa menjadi ibrah bagi kita semua dalam meniti jembatan kehidupan ini.

Luqman al-Hakim suatu ketika pergi bersama anaknya pergi menuju pasar. Luqman memutuskan anaknya saja yang naik keledai itu, sedangkan ia sendiri berjalan sambil memegangi tali kekang keledai.

Di tengah perjalanan mereka bertemu dengan seseorang. Orang tersebut berkomentar, “Anak tak tahu diri. Anak ini tak punya rasa hormat kepada ayahnya. Masak ayahnya berjalan sedangkan dia sendiri berada di atas keledai”.

Mendengar komentar itu, sang anak pun turun dari punggung keledai. Sedangkan sang ayah, Luqman, menaiki keledai tersebut. Tidak berapa lama kemudian ada orang lain menyapa mereka. Dia merasa keheranan melihat mereka berdua lalu berujar, “Wah, ayah macam apa ini. Masak dia asik-asik di atas keledai sementara anaknya yang kecil disuruh berjalan. Apa dia tidak punya rasa kasihan terhadap anaknya”.

Mendengar itu, Luqman meminta anaknya menaiki keledai itu bersama-sama. Mereka pun berlalu dengan mengendaarai keledai bersama. Beberapa waktu kemudian, mereka bertemu dengan seseorang dan dia pun berkata, “Ayah dan anak ini tidak tahu diri. Apa mereka tidak merasa kasihan terhadap keledai ini. Keledai ini kecil, tidak besar seperti kuda. Mana mungkin dia kuat mengangkut dua orang. Pasti keledai ini merasa kecapen dan keletihan. Sungguh terlalu ayah dan anak ini”.

Luqman dan anaknya pun turun. Mereka membiarkan keledai tersebut berjalan tanpa ditunggangi. Mereka berdua memilih berjalan kaki. Tapi lagi-lagi ada yang berkomentar, “Tidak saya temui orang yang lebih goblok daripada dua orang ini. Masak membawa keledai tapi tidak ditunggangi. Ngapain mereka bawa keledai kalau harus dituntun seperti itu?”

Luqman pun mengatakan kepada anaknya bahwa hidup manusia di dunia ini memang seperti itu. Apapun yang kita lakukan pasti ada saja yang tidak setuju dan berusaha mengingkari apa yang kita lakukan. Karena berharap agar semua orang setuju dengan yang kita lakukan adalah perkara mustahil. Tidak mungkin semua orang menyepakati apa yang menjadi keputusan kita.

Jadi, kita harus berani mengambil sebuah keputusan. Keputusan apapun yang kita ambil, pasti saja ada yang tidak setuju. Ketika kita sudah memutuskan, hendaknya kita komitmen terhadap keputusan tersebut dan tidak menoleh ke belakang.

Hikmah lain dari cerita ini yaitu, tidak semua orang akan mencintai kita. Pasti saja ada yang tidak senang dengan apa yang kita lakukan. Apapun tindakan yang Luqman al-Hakim dan anaknya lakukan, selalu saja ada yang menentang dan membenci.

Sekarang mari kita ambil contoh manusia terbaik di segala zaman, yaitu nabi Muhammad. Walau beliau Saw adalah nabi paling unggul dari semua nabi,  banyak yang tidak suka sama beliau. Bahkan yang tidak hanya dari orang-orang jauh, melainkan dari keluarganya juga.

Jadi jangan berharap semua orang akan mencintai kita. Pasti saja ada yang tidak suka. Namun sikap terbaik kita adalah sebagaimana nabi Muhammad Saw. Beliau tidak pernah membenci para pembenci beliau. Beliau justru mendoakan kebaikan atas mereka. Maka wajar saja jika di kemudian hari mereka berubah sayang kepada Rasulullah Saw.

Subhanallah. Semoga kita mampu mengambil hikmah dari kisah Luqman al-Hakim dan anaknya di atas. Semoga kita mampu melakukan sikap terbaik jika kita diminta memutuskan suatu perkara. Dan, semoga kita bisa meniru Rasulullah Saw yang mencintai para pembenci beliau. Amin.


Surabaya, 9 Januari 2016



0 komentar:

Posting Komentar