Saudaraku, sudah lama saya tidak
nulis di blog tercinta ini. Blog yang akan menjadi pemacuku untuk berkarya.
Blog yang akan menjadi tempatku untuk belajar menulis. Blog yang akan
mengantarkanku menjadi penulis besar. InsyaAllah.
Saudaraku,
sekarang ini saya memegang buku berjudul “Islam Rasional” yang ditulis oleh
Harun Nasution. Selama ini, saya hanya mengetahui bahwa Harun Nasution adalah
salah satu rektor UIN (Universitas Islam Indonesia) yang memiliki banyak
pengaruh, terutama dalam dunia pemikiran Islam di Indonesia. Salah satu
penyebabnya adalah, dia termasuk yang mengubah wajah UIN sehingga menjadi
seperti sekarang. Bukunya menjadi buku wajib yang harus dimiliki oleh setiap
mahasiswa UIN (kalau nggak salah judul bukunya adalah “Islam ditinjau dari
beberapa Aspeknya”). Padahal katanya, bukunya bermasalah karena terdapat
pemikiran liberal di dalamnya. Itu yang saya ketahui. Bahkan, dia disebut-sebut
sebagai salah satu orang yang menjadikan sekian pelajar Indonesia memiliki
pemikiran liberal.
Dan
sekarang, ternyata saya telah memegang salah satu bukunya. Saya masih membaca
bagian awal saja, termasuk kata pengantarnya. Yang sudah baca adalah tulisan
yang berjudul “Sekitar Masalah Memahami Isi al-Quran”, “Al-Quran Mengandung
Segala-galanya?”, dan “masalah Universalitas Islam”.
Kalau
menurut saya, tulisan Harun Nasution enak dibaca dan mudah dipahami. Jadi dia
memiliki kemampuan menulis yang baik. Karena tidak sedikit pemikir yang
tulisannya tidak enak dibaca.
Baiklah.
Terus terang, sebelum membaca buku ini saya sudah pakai kuda-kuda. Ungkapan/statement
apa dari bukunya yang bermasalah. Atau, apa sisi bermasalah yang ada pada
tulisannya. Saya pakai kuda-kuda seperti ini agar saya tidak terlena dan ikut
mengiyakan tanpa tahu kebenarannya.
Ketika
membaca 3 judul ini saya membuat kesimpulan awal bahwa dia layak memiliki gelar
profesor karena tulisannya berkelas. Akan tetapi, saya tetap berusaha mencari
celah, sisi mana dari tulisannya yang bermasalah.
Nah,
pada tulisannya yang berjudul “Sekitar Masalah Memahami Isi al-Quran”, saya
mendapat banyak informasi bermanfaat dari tulisan ini. Akan tetapi, kemudian
saya sedikit mengkomparasikan apa yang pernah saya dapatkan sebelumnya. Dalam
tulisan ini, Harun Nasution menjelaskan tentang tahapan al-Quran turun ke dunia
melalui nabi. Ia menjelaskan bahwa ketika Rasulullah Saw berada di Mekah selama
23 tahun, isi Al-Quran seperti ini dan seperti ini. Adapun saat beliau di
Madinah selama 10 tahun, isi Al-Quran seperti itu dan seperti itu. Itu artinya,
isi Al-Quran menanggapi situasi dan kondisi yang ada pada saat itu. Satu sisi
ini memang tidak bermasalah. Ini benar. Akan tetapi dalam tulisan tersebut
tidak disebutkan, bahwa al-Quran itu sebelum turun ke dunia sudah turun dari
lauh mahfudz menuju ke langit dunia. Semuanya. Baru setelah itu diturunkan
secara berangsur-angsur. Saya tidak tahu mengapa dalam tulisan tersebut tidak
disebutkan hadits yang menceritakan hal tersebut.
Kenapa
saya mempersoalkan hal Ini? Selama ini yang saya ketahui, beberapa orientalis
dan orang liberal banyak “menyerang” al-Quran dari sisi ini. Bahwa, isi
al-Quran itu hanyalah respon atas kejadian yang terjadi di zaman Rasulullah.
Sehingga karena ia adalah respon, bisa jadi itu hanyalah karangan nabi
Muhammad. Astaghfirullah.
Adapun
tulisan yang berjudul “Al-Quran mengandung Segala-galanya?” saya kemudian
mempertanyakankan, kenapa dia mempersoalkan ini. Apa tujuannya? Apa dia
ingin mengatakan bahwa Al-Quran tidak
sempurna? Hm..... penjelasannya memang menarik dan argumennya bagus. Tapi tetap
saya pertanyakan, apa tujuannya menulis tulisan semacam ini? Semoga jawaban
dari pertanyaan ini adalah kebaikan. Semoga.
Saudaraku,
setelah membaca tulisan ketiga yang berjudul “Masalah Universalitas Islam”,
saya kemudian menyadari bahwa saya harus adil menilai seseorang. Di mata saya
selama ini, Harun Nasution itu memang tidak baik (jelek) karena dia
disebut-sebut sebagai salah penyebab awal UIN sekarang seperti ini, yaitu tidak
sedikit mahasiswa dan dosennya memiliki pemikiran liberal. Akan tetapi, setelah
saya baca tulisan ketiga ini saya memiliki penilaian yang bagus terhadap
tulisannya ini. Saya juga dapat hikmah dan inspirasi baru.
Saya
senang ketika dia mengutipkan tulisan seorang orientalis bernama Lebon yang
memuji Islam. Ditulis di sana bahwa lebon menulis:
“Orang
Islamlah yang menyebabkan orang-orang Eropa mempunyai peradaban. Merekalah yang
menjadi guru orang Eropa selama enam ratus tahun”.
Saya juga sangat mengapreasisasi apa yang dia sampaikan, tatkala dia menuliskan kalimat yang indah dan berisikan sebuah
kebanggan dan kesyukuran karena kita telah menjadi orang Islam.
Dia
menulis:
“Berbahagialah orang yang memilih Islam sebagai agamanya. Dan kita wajib memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas nikmat yang dianugerahkan-Nya kepada kita”.
Subhanallah. Saya kemudian menjadi tersadar bahwa saya hanya memiliki pandangan buruk terhadap Harun Nasution. Saya terkadang lupa bahwa dia adalah muslim, saudara seiman dan seakidah. Bahwa dia tetap seorang pemikir muslim yang bangga dengan keislamannya. Apalagi, dia dengan terang-terangan mengajak kita bersyukur karena kita telah menjadi orang Islam. Apa Harun Nasution ini tidak setuju dengan paham pluralisme agama ya? Itulah pertanyaan yang belum bisa saya jawab. :)
Panceng, Gresik, 11 Oktober 2013






0 komentar:
Posting Komentar