Minggu, 20 Oktober 2013

Tentang 3 judul dari Buku Harun Nasution


Saudaraku, sudah lama saya tidak nulis di blog tercinta ini. Blog yang akan menjadi pemacuku untuk berkarya. Blog yang akan menjadi tempatku untuk belajar menulis. Blog yang akan mengantarkanku menjadi penulis besar. InsyaAllah.

Saudaraku, sekarang ini saya memegang buku berjudul “Islam Rasional” yang ditulis oleh Harun Nasution. Selama ini, saya hanya mengetahui bahwa Harun Nasution adalah salah satu rektor UIN (Universitas Islam Indonesia) yang memiliki banyak pengaruh, terutama dalam dunia pemikiran Islam di Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah, dia termasuk yang mengubah wajah UIN sehingga menjadi seperti sekarang. Bukunya menjadi buku wajib yang harus dimiliki oleh setiap mahasiswa UIN (kalau nggak salah judul bukunya adalah “Islam ditinjau dari beberapa Aspeknya”). Padahal katanya, bukunya bermasalah karena terdapat pemikiran liberal di dalamnya. Itu yang saya ketahui. Bahkan, dia disebut-sebut sebagai salah satu orang yang menjadikan sekian pelajar Indonesia memiliki pemikiran liberal. 

Dan sekarang, ternyata saya telah memegang salah satu bukunya. Saya masih membaca bagian awal saja, termasuk kata pengantarnya. Yang sudah baca adalah tulisan yang berjudul “Sekitar Masalah Memahami Isi al-Quran”, “Al-Quran Mengandung Segala-galanya?”, dan “masalah Universalitas Islam”.


Kalau menurut saya, tulisan Harun Nasution enak dibaca dan mudah dipahami. Jadi dia memiliki kemampuan menulis yang baik. Karena tidak sedikit pemikir yang tulisannya tidak enak dibaca.

Baiklah. Terus terang, sebelum membaca buku ini saya sudah pakai kuda-kuda. Ungkapan/statement apa dari bukunya yang bermasalah. Atau, apa sisi bermasalah yang ada pada tulisannya. Saya pakai kuda-kuda seperti ini agar saya tidak terlena dan ikut mengiyakan tanpa tahu kebenarannya.

Ketika membaca 3 judul ini saya membuat kesimpulan awal bahwa dia layak memiliki gelar profesor karena tulisannya berkelas. Akan tetapi, saya tetap berusaha mencari celah, sisi mana dari tulisannya yang bermasalah. 

Nah, pada tulisannya yang berjudul “Sekitar Masalah Memahami Isi al-Quran”, saya mendapat banyak informasi bermanfaat dari tulisan ini. Akan tetapi, kemudian saya sedikit mengkomparasikan apa yang pernah saya dapatkan sebelumnya. Dalam tulisan ini, Harun Nasution menjelaskan tentang tahapan al-Quran turun ke dunia melalui nabi. Ia menjelaskan bahwa ketika Rasulullah Saw berada di Mekah selama 23 tahun, isi Al-Quran seperti ini dan seperti ini. Adapun saat beliau di Madinah selama 10 tahun, isi Al-Quran seperti itu dan seperti itu. Itu artinya, isi Al-Quran menanggapi situasi dan kondisi yang ada pada saat itu. Satu sisi ini memang tidak bermasalah. Ini benar. Akan tetapi dalam tulisan tersebut tidak disebutkan, bahwa al-Quran itu sebelum turun ke dunia sudah turun dari lauh mahfudz menuju ke langit dunia. Semuanya. Baru setelah itu diturunkan secara berangsur-angsur. Saya tidak tahu mengapa dalam tulisan tersebut tidak disebutkan hadits yang menceritakan hal tersebut. 

Kenapa saya mempersoalkan hal Ini? Selama ini yang saya ketahui, beberapa orientalis dan orang liberal banyak “menyerang” al-Quran dari sisi ini. Bahwa, isi al-Quran itu hanyalah respon atas kejadian yang terjadi di zaman Rasulullah. Sehingga karena ia adalah respon, bisa jadi itu hanyalah karangan nabi Muhammad. Astaghfirullah. 

Adapun tulisan yang berjudul “Al-Quran mengandung Segala-galanya?” saya kemudian mempertanyakankan, kenapa dia mempersoalkan ini. Apa tujuannya? Apa dia ingin  mengatakan bahwa Al-Quran tidak sempurna? Hm..... penjelasannya memang menarik dan argumennya bagus. Tapi tetap saya pertanyakan, apa tujuannya menulis tulisan semacam ini? Semoga jawaban dari pertanyaan ini adalah kebaikan. Semoga.

Saudaraku, setelah membaca tulisan ketiga yang berjudul “Masalah Universalitas Islam”, saya kemudian menyadari bahwa saya harus adil menilai seseorang. Di mata saya selama ini, Harun Nasution itu memang tidak baik (jelek) karena dia disebut-sebut sebagai salah penyebab awal UIN sekarang seperti ini, yaitu tidak sedikit mahasiswa dan dosennya memiliki pemikiran liberal. Akan tetapi, setelah saya baca tulisan ketiga ini saya memiliki penilaian yang bagus terhadap tulisannya ini. Saya juga dapat hikmah dan inspirasi baru. 

Saya senang ketika dia mengutipkan tulisan seorang orientalis bernama Lebon yang memuji Islam. Ditulis di sana bahwa lebon menulis:
Orang Islamlah yang menyebabkan orang-orang Eropa mempunyai peradaban. Merekalah yang menjadi guru orang Eropa selama enam ratus tahun”.

Saya juga sangat mengapreasisasi apa yang dia sampaikan, tatkala dia menuliskan kalimat yang indah dan berisikan sebuah kebanggan dan kesyukuran karena kita telah menjadi orang Islam.
Dia menulis:

“Berbahagialah orang yang memilih Islam sebagai agamanya. Dan kita wajib memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas nikmat yang dianugerahkan-Nya kepada kita”.

Subhanallah. Saya kemudian menjadi tersadar bahwa saya hanya memiliki pandangan buruk terhadap Harun Nasution. Saya terkadang lupa bahwa dia adalah muslim, saudara seiman dan seakidah. Bahwa dia tetap seorang pemikir muslim yang bangga dengan keislamannya. Apalagi, dia dengan terang-terangan mengajak kita bersyukur karena kita telah menjadi orang Islam. Apa Harun Nasution ini tidak setuju dengan paham pluralisme agama ya? Itulah pertanyaan yang belum bisa saya jawab.
:)


Panceng, Gresik, 11 Oktober 2013

0 komentar:

Posting Komentar