Saudarku, kali ini saya akan menuliskan sedikit
apa yang saya baca di majalah hidayatullah edisi Juni 2012. Saya akan menyorot
tulisan tentang Gaza, tentang Palestina, tentang kebiadaban zionis Israel.
Dari tulisan yang ditulis oleh relawan
Sahabat al-Aqsha tersebut, aku mengetahui lebih mendalam tentang kekejaman
zionis. Aku juga bisa ikut merasakan penderitaan masyarakat Palestina walaupun
tidak secara langsung.
Penulis mengedepankan penderitaan
nelayan dan petani di sana. Tidak sedikit nelayan Palestina yang tertembak mati
ataupun penuh dengan luka hanya karena mereka berlayar lebih dari sekian
kilometer. Pemerintah zionis Israel memang memberlakukan aturan baru sejak
Ghalid Shalit, salah seorang tentara Israel ditahan oleh mujahidin Palestina. Dampak
dari itu, penghasilan para nelayan berkurang bahkan tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari seperti biasanya.
Begitu juga petani. Tanah mereka
berulangkali dibombardir. Akan tetapi, para petani tetap menanami sawah mereka.
Bahkan salah satu informan yang diwawancarai menyatakan bahwa mereka akan terus
menanami sawah mereka walaupun tentara zionis terus memborbardir, sekalipun
akan menyirami tanaman mereka dengan air darah.
Selain itu saudaraku, penulis yang
merupakan relawan Sahabat al-Aqsha menggambarkan bahwa Gaza seperti penjara dan
madrasah raksasa. Kenapa disebut penjara raksasa? Karena di sekeliling
perbatasan Gaza dibangun tembok setinggi
8 meter dan terdapat menara pengintai. Tidak jarang pula terdapat
pesawat tanpa awak yang sesekali menjatuhkan bom. Hal ini benar-benar meneror
rakyat Palestina. Jadi, Zionis Israel-lah yang layak disebut teroris.
Adapun disebut sebagai madrasah
raksasa, karena dari Gaza ini lahir ribuan hafidz/hafidzah. Selain itu juga
terdapat Universitas dengan kualitas bagus yang telah melahirkan lulusan yang mujahid.
Saudaraku, dari tulisan tersebut aku
juga mengetahui bahwa ternyata daerah yang bernama Rafah “terbelah” menjadi 2.
Ada Rafah sisi Gaza, ada Rafah sisi Mesir. Melalui perbatasan inilah terdapat
banyak terowongan yang dijadikan jalan mensuplai kebutuhan rakyat Gaza. Jalur
darat tidak bisa dilakukan karena Mesir masih terikat perjanjian “damai” dengan
zionis Israel.
Aku juga bisa merasakan bahwa dengan mengekspor
minyak ke Israel, negara-negara Arab telah membantu zionis Israel memborbardir
Palestina. Begitu juga apabila kita membeli produk-produk milik Yahudi, kita
ikut membantu mereka. Astaghfirullah.
Baik saudaraku, udah dulu ya. Semoga lain kali aku
bisa nulis lagi di sini. Amin.
Selasa, 5 Juni 2012






0 komentar:
Posting Komentar