Sabtu, 15 Februari 2014

Tentang Gaza



Saudarku, kali ini saya akan menuliskan sedikit apa yang saya baca di majalah hidayatullah edisi Juni 2012. Saya akan menyorot tulisan tentang Gaza, tentang Palestina, tentang kebiadaban zionis Israel.

          Dari tulisan yang ditulis oleh relawan Sahabat al-Aqsha tersebut, aku mengetahui lebih mendalam tentang kekejaman zionis. Aku juga bisa ikut merasakan penderitaan masyarakat Palestina walaupun tidak secara langsung.

          Penulis mengedepankan penderitaan nelayan dan petani di sana. Tidak sedikit nelayan Palestina yang tertembak mati ataupun penuh dengan luka hanya karena mereka berlayar lebih dari sekian kilometer. Pemerintah zionis Israel memang memberlakukan aturan baru sejak Ghalid Shalit, salah seorang tentara Israel ditahan oleh mujahidin Palestina. Dampak dari itu, penghasilan para nelayan berkurang bahkan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti biasanya.

          Begitu juga petani. Tanah mereka berulangkali dibombardir. Akan tetapi, para petani tetap menanami sawah mereka. Bahkan salah satu informan yang diwawancarai menyatakan bahwa mereka akan terus menanami sawah mereka walaupun tentara zionis terus memborbardir, sekalipun akan menyirami tanaman mereka dengan air darah.


          Selain itu saudaraku, penulis yang merupakan relawan Sahabat al-Aqsha menggambarkan bahwa Gaza seperti penjara dan madrasah raksasa. Kenapa disebut penjara raksasa? Karena di sekeliling perbatasan Gaza dibangun tembok setinggi  8 meter dan terdapat menara pengintai. Tidak jarang pula terdapat pesawat tanpa awak yang sesekali menjatuhkan bom. Hal ini benar-benar meneror rakyat Palestina. Jadi, Zionis Israel-lah yang layak disebut teroris.

          Adapun disebut sebagai madrasah raksasa, karena dari Gaza ini lahir ribuan hafidz/hafidzah. Selain itu juga terdapat Universitas dengan kualitas bagus  yang telah melahirkan lulusan yang mujahid.
 
          Saudaraku, dari tulisan tersebut aku juga mengetahui bahwa ternyata daerah yang bernama Rafah “terbelah” menjadi 2. Ada Rafah sisi Gaza, ada Rafah sisi Mesir. Melalui perbatasan inilah terdapat banyak terowongan yang dijadikan jalan mensuplai kebutuhan rakyat Gaza. Jalur darat tidak bisa dilakukan karena Mesir masih terikat perjanjian “damai” dengan zionis Israel.

Aku juga bisa merasakan bahwa dengan mengekspor minyak ke Israel, negara-negara Arab telah membantu zionis Israel memborbardir Palestina. Begitu juga apabila kita membeli produk-produk milik Yahudi, kita ikut membantu mereka. Astaghfirullah.

Baik saudaraku, udah dulu ya. Semoga lain kali aku bisa nulis lagi di sini. Amin.



Selasa, 5 Juni 2012


0 komentar:

Posting Komentar