Sabtu, 19 Juli 2014

Panggilan Allah atau Panggilan Kerja?


Saudaraku, alhamdulillah akhirnya saya nulis lagi di sini. Saya berharap, semoga tuisan yang saya posting di blog ini bermanfaat; tidak hanya untuk saya, tapi juga untuk orang lain. Amiin.

Saudaraku, beberapa hari terakhir saya mengikuti kajian majlis ta’lim ramadhan yang diisi oleh ust. Abdurrahman. Beliau adalah perintis pondok pesantren Hidayatullah Surabaya. Adapun saat ini, amanah beliau adalah ketua pembina pondok pesantren Hidayatullah Surabaya.

Ada banyak hal yang saya dapatkan dari beliau, yang menurut saya sangat inspiratif. Misalnya penjelasan beliau bahwa kita ini masih sering dikuasai oleh hawa nafsu, bahkan di bulan ramadhan. Kita masih belum menguasai diri kita seutuhnya. Kita juga selalu punya alasan untuk tidak baca Quran, shalat berjama’ah, mengajar dengan serius, dan lain-lain. Selalu dan selalu punya alasan.

Dan memang menurut beliau, ada 2 hal penting yang harus kita jadikan muhasabah dalam diri. Yang pertama adalah yang tadi, yaitu kita selalu punya alasan. Adapun yang kedua, kita masih suka pilih-pilih. Apa maksudnya? Maksudnya adalah, kita lebih memilih pekerjaan yang hawa nafsu suka dari pada apa yang Allah inginkan. Nah, lagi-lagi nafsu yang berbicara di sini.

Hal ini disebabkan, al-Quran belum menjadi pedoman bagi kita. Walaupun seorang hafidz yang hafal 30 juz, atau guru agama, dll hawa nafsu masih sering menjadi Tuhan bagi kita. Kalau kita mampu mengendalikan hawa nafsu dengan baik, lanjut beliau, maka Allah akan menjadi “ilah” bagi kita. Kita bekerja, mengajar, dll harus karena iman. Bukan karena yang lain. Tidak hanya sekedar bekerja, tapi karena berjuang untuk Islam. Nah, ada pertanyaan penting yang harus sering kita tanyakan, kita bekerja karena panggilan Allah dan Rasul atau hanya panggilan kerja semata?

Kalau kita bekerja karena panggilan Allah, maka kita akan bekerja dengan enjoy dan menyenangkan. Metode yang digunakan, niat serta tujuannya benar. Sehingga kita bisa bahagia dalam keimanan dan keislaman kita. Kita tidak merasa terbebani, tapi untuk meraih nikmat dari Allah. Sehingga apa yang terjadi? Yang akan terjadi adalah, kita berfastabiquu bil khoirot, kita berlomba-lomba dalam kebaikan. Jika seperti itu, Allah akan memberi kemudahan bagi kita. Jika niat, cara, dan jalan yang ditempuh benar, maka Allah akan memberi kita kemudahan.

Hm...baiklah saudaraku, itulah yang saya dapatkan dari ceramah beliau. Sebenarnya masih banyak yang belum sempat saya rangkum dari pernyataan beliau, tapi insyaAllah apa yang saya tuliskan ini sudah cukup mewakili. Semoga bermanfaat J


Surabaya, 20 Juli 2014

0 komentar:

Posting Komentar