Selasa, 12 Agustus 2014

Masih Mau Meninggalkan Dakwah?

Manusia adalah makhluk yang sering salah, lupa dan terombang-ambing. Terkadang berada dalam posisi positif dan baik, namun juga terkadang dalam posisi negatif dan jelek. Dari situ kemudian dibutuhkan kegiatan saling mengingatkan agar kembali ke jalan yang lurus. 


Pertanyaannya, siapakah yang akan mengingatkan? Siapakah yang akan menunjukkan ke jalan yang lurus? Siapakah yang akan mengarahkan ke alamat yang benar? Jawabannya adalah para da’i. Namun jangan salah, mereka yang disebut da’i  bukan hanya ustadz atau kiai. Yang disebut da’i adalah siapa saja yang melakukan kegiatan atau aktivitas seorang da’i. Jadi siapapun bisa disebut da’i, termasuk anak kecil sekalipun. Bahkan, bagi yang mengaku beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka harus menjadi da’i. Rasulullah Saw bersabda, “ballighuu ‘annii walau aayah”. “Sampaikanlah (dakwah) walau hanya satu ayat” (Al-Hadits). Perintah Rasulullah Saw ini bersifat umum, siapapun, tidak hanya ustadz atau kiai. Jadi, kita semua (muslim) adalah da’i.


Namun biasanya banyak di antara kita yang kemudian enggan berdakwah dengan alasan dirinya belum baik dan belum layak menjadi da’i. Ada juga yang beralasan takut terkena ayat 2-3 dari surat Ash-shof. Allah berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan apa yang kalian tidak lakukan. Sungguh besar kebencian di sisi Allah. Kalian mengatakan apa yang kalian tidak lakukan”.




Memang benar, seorang da’i seharusnya merupakan orang yang baik dan melakukan apa yang dia katakan. Karena kalau hanya menyampaikan namun tidak diiringi aplikasi dalam lapangan, maka orang yang diingatkan akan merasa kecewa dan tidak lagi mau diingatkan. Dan yang lebih berbahaya, Allah kemudian benci kepada mereka yang hanya pandai ber-mauidzah hasanah (berdakwah) namun tidak pandai ber-uswatun hasanah (memberi contoh yang baik).


Akan tetapi, jangan sampai karena alasan tersebut kita kemudian tidak mau berdakwah, tidak mau mengingatkan saudara kita. Kenapa? Karena kalau kita meninggalkan dakwah, berarti kita menyelisihi perintah Rasulullah sebagaimana hadist di atas (ballighuu ‘annii walau aayah). Atau dengan kata lain, kita akan memikul dosa besar kalau meninggalkan dakwah. Selain itu, kita tidak hanya akan dikecam dan dilaknat Allah, tapi juga oleh semua makhluk. Allah berfirman, “ Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknat” (QS. Al-baqarah: 159).


Maka dari itu, ada kesimpulan penting yang perlu kita catat. Kalau berdakwah namun tidak melaksanakan kita akan dimurkai Allah, namun jika meninggalkan dakwah maka kita akan dilaknat oleh Allah dan semua makhluk.


Lantas, bagaimana sikap yang terbaik? Sikap yang terbaik adalah tetap berdakwah dan tidak berusaha meninggalkannya. Adapun jikalau kita ternyata menyelisihi apa yang kita sampaikan, maka kita beristighfar dan tidak mengulangi lagi serta berusaha dengan usaha terbaik agar selalu selaras antara ucapan dan perbuatan.

Semoga kita termasuk orang-orang yang tidak meninggalkan dakwah. Dan, dalam proses dakwah, semoga apa yang kita sampaikan itu pula yang kita lakukan. Amiin.





Surabaya, 11 Agustus 2014




0 komentar:

Posting Komentar