Saudaraku, tadi
ustadz Huda selaku ketua STAIL (Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman al-Hakim)
Surabaya memberikan tausiyah kepada calon mahasiswa baru. Saya tertarik untuk menuliskan apa yang
beliau sampaikan di sini.
Beliau menyampaikan
tentang bahaya thagha’ alias sombong. Sombong ini, kata beliau, adalah
karakter atau sifat yang berbahaya. Bisa menimpa siapa saja. Ada beberapa hal
yang menyebabkan orang sombong. Yaitu kekayaan, wajah yang tampan atau cantik,
ilmu, keshalehan, dan kekuasaan. Padahal, siapa yang memberikan itu semua?
Allah. Allah Sang Penguasa Alam adalah zat yang menyebabkan semua itu ada.
Harta yang banyak dan
uang yang melimpah adalah milik-Nya. Kalau Allah berkehendak, maka harta itu
bisa diambil-Nya hingga lenyap seketika.
Wajah yang tampan
atau cantik menyebabkan seseorang sombong. Padahal, yang menyebabkan dia tampan
adalah Allah Yang Maha Indah. Dia hanya memberikan sedikit saja keindahan yang
Dia miliki. Kalau Allah berkehendak, ketampanan dan kecantikan itu bisa sirna.
Begitu juga dengan
ilmu. Mungkin orang akan berkata kepada orang yang menegur bacaan al-Qurannya,
“Eh, siapa kamu. Hafal Quran saja belum”. Atau seorang pengajar yang dikoreksi
oleh muridnya lalu berkata, “Kamu itu tahu apa”. Begitulah kalau orang tidak
sadar bahwa ilmu yang dia miliki hanyalah sedikit dan itu adalah pemberian
Allah. Allah adalah Al-‘Alim, Sang Pemilik Ilmu. Manusia tak layak sombong
lantaran hanya diberi sedikit ilmu oleh-Nya.
Selanjutnya tentang
keshalehan. Nah, ini dia nih yang banyak orang tidak sadar. Merasa dirinya
shaleh dan suci sehingga memandang remeh orang-orang yang suka bermaksiat.
Karena dirinya suka tahajjud, shalat berjama’ah 5 waktu di masjid dan tepat
waktu, rajin baca al-Quran, dan sebagainya. Ketika berpapasan dengan orang yang
suka bermaksiat hatinya berkata, “Ahli neraka nih, ahli neraka. Kalau saya
orang shaleh, orang suci”. Padahal, yang menyebabkan dia bisa shalat, baca
al-Quran, dan lain-lain adalah Allah. Tak pantas dia memandang remeh orang
lain. Dia merasa dirinya shaleh, padahal boleh jadi dia pernah berbuat dosa
yang sampai sekarang tak diampuni oleh Allah. Dia merasa dirinya suci, padahal
bisa jadi hatinya kotor dan najis. Tidak layak baginya merasa lebih baik dari
orang lain.
Kekuasaan juga
begitu. Kekuasaan hanya milik Allah. Dialah al-Malik, Sang Pemilik Kekuasaan.
Tak boleh seseorang memandang sebelah mata kepada bawahannya, karena dirinya
bukan siapa-siapa di hadapan Allah.
Pertanyaannya,
bagaimana solusi agar terhindar dari sombong? Orang sombong memiliki hijab
dalam dirinya sehingga dia tidak mampu melihat dirinya sendiri. Nah, hijab ini
harus dihancurkan, sehingga bisa mengetahui siapa dia sebenarnya. Dia adalah
makhluk Allah yang diberikan sedikit kelebihan oleh-Nya. Allahlah penyebab
semua itu. Sewaktu-waktu bisa diambil oleh-Nya. Alhamdu-lillah. Segala macam
bentuk pujian hanyalah milik Allah. Hanya Dia yang pantas dipuji. Manusia tidak
sama sekali.
Hm...baiklah, itu
saja dulu. Semoga bermanfaat apa yang beliau sampaikan. Kata-kata diatas dibuat
oleh saya, tapi berdasarkan apa yang saya dapatkan dari beliau.
O ya, sebelum saya
sudahi tulisan ini, saya ingin menuliskan status facebook dari seseorang yang
pernah saya baca. Begini bunyinya, “Merasa lebih baik dari orang lain adalah
kotoran berpenyakit yang setiap harus dibuang ke tempat sampah”. Jadi,
kesombongan itu bisa muncul setiap hari. Maka dari itu, kita harus berusaha
agar setiap hari kita rajin membuangnya ke tempat sampah.
Semoga bermanfaat. J
Surabaya, 27 Agustus
2015






0 komentar:
Posting Komentar