Sabtu, 29 Agustus 2015

Sekelumit tentang Pemikiran Feyerabend

Saudaraku, saya ingin menuliskan tentang sesuatu. Tapi sedikit. Bukankah blog ini saya beri nama dengan coretan kecil? Jadi tidak apa-apa saya isi dengan hal-hal kecil, namun bermanfaat.

Jadi begini, beberapa hari yang lalu saya diajak teman untuk ikut acara diskusi. Diskusinya tentang filsafat. Waktu itu yang dibahas adalah salah satu tokoh postmodern, yaitu Karl Paul feyerabend. Tapi karena namanya susah diucapkan, ada salah satu peserta diskusi yang menyebutnya powerbank. Hehe. Ada-ada aja.

Selain disebut sebagai tokoh posmodernisme, Feyerabend juga disebut sebagai tokoh kiri. Kenapa disebut sebagai tokoh postmodernisme? Karena dia mengkritik pemkiran-pemikiran modernisme seperti Rene Descartes, Immanuel kant, dan lain-lain. Kenapa disebut sebagai tokoh kiri? Karena dia berangkat dari sisi sosial, yang merupakan cara pembacaan kiri sebagaimana Karl max, tokoh utama pemikiran kiri.

Pemikiran Feyerabend disebut-sebut sebagai anarkisme epistemologi. Kenapa demikian? Karena ia ingin melakukan dobrakan atas gagasan pemikiran-pemikiran sebelumnya yang dianggap paling benar.

Sebenarnya, dia ahli fisika. Dia juga banyak dipengaruhi oleh pemikiran tokoh modernisme. Namun kemudian dia menemukan kesimpulan bahwa selama ini kebenaran positivistik disebut-sebut oleh tokoh filsafat sebagai hal yang baku, absolut, dan paling unggul. Menurut feyerabend, masih banyak cara dan sudut pandang  untuk mengungkapkan kebenaran, tidak hanya dimonopoli oleh sudut pandang positivistik.

Kalau ada pandangan bahwa kebenaran tunggal dan paling benar adalah berdasarkan sudut pandang positivistik, maka yang terjadi adalah epistemologi menjadi sakit. Lantas apa obatnya? Feyerabend lantas menawarkan obat penyembuh bernama anarkisme epistemologi, yang ditempuh melalui anti-metode dan anti-ilmu pengetahuan.

Anti metode yang dimaksud adalah melawan kemapanan penelitian positivistik yang dianggap baku, universal, dan kekal. Solusi yang ditawarkan adalah 2 langkah sebagai pengganti. Pertama, prinsip perkembangbiakan (kebenaran yang ada tidak tunggal). Dan yang kedua, prinsip apa saja boleh.

Anti terhadap ilmu pengetahuan yang dimaksud adalah anti terhadap kekuasaan ilmu pengetahuan. Menurutnya, kebenaran positivistik yang dikatakan baku, absolut, dan paling unggul ternyata diselubungi oleh kepentingan-kepentingan berupa propaganda para ilmuwan dan adanya tolak ukur institusional yang diberi wewenang untuk memutuskan. Selain itu, menurutnya kebenaran positivistik ilmu sama seperti zaman kegelapan (dark age) dimana terjadi monopoli kebenaran gereja.

Hm...menarik juga ya. Oke, cukup dulu. Semoga bermanfaat.



Surabaya, 23 Agustus 2015

0 komentar:

Posting Komentar