Saudaraku, saya ingin
menuliskan tentang sesuatu. Tapi sedikit. Bukankah blog ini saya beri nama
dengan coretan kecil? Jadi tidak apa-apa saya isi dengan hal-hal kecil, namun
bermanfaat.
Jadi begini, beberapa
hari yang lalu saya diajak teman untuk ikut acara diskusi. Diskusinya tentang
filsafat. Waktu itu yang dibahas adalah salah satu tokoh postmodern, yaitu Karl
Paul feyerabend. Tapi karena namanya susah diucapkan, ada salah satu peserta
diskusi yang menyebutnya powerbank. Hehe. Ada-ada aja.
Selain disebut
sebagai tokoh posmodernisme, Feyerabend juga disebut sebagai tokoh kiri. Kenapa
disebut sebagai tokoh postmodernisme? Karena dia mengkritik pemkiran-pemikiran
modernisme seperti Rene Descartes, Immanuel kant, dan lain-lain. Kenapa disebut
sebagai tokoh kiri? Karena dia berangkat dari sisi sosial, yang merupakan cara
pembacaan kiri sebagaimana Karl max, tokoh utama pemikiran kiri.
Pemikiran Feyerabend
disebut-sebut sebagai anarkisme epistemologi. Kenapa demikian? Karena ia ingin
melakukan dobrakan atas gagasan pemikiran-pemikiran sebelumnya yang dianggap
paling benar.
Sebenarnya, dia ahli
fisika. Dia juga banyak dipengaruhi oleh pemikiran tokoh modernisme. Namun
kemudian dia menemukan kesimpulan bahwa selama ini kebenaran positivistik
disebut-sebut oleh tokoh filsafat sebagai hal yang baku, absolut, dan paling
unggul. Menurut feyerabend, masih banyak cara dan sudut pandang untuk mengungkapkan kebenaran, tidak hanya
dimonopoli oleh sudut pandang positivistik.
Kalau ada pandangan
bahwa kebenaran tunggal dan paling benar adalah berdasarkan sudut pandang
positivistik, maka yang terjadi adalah epistemologi menjadi sakit. Lantas apa
obatnya? Feyerabend lantas menawarkan obat penyembuh bernama anarkisme
epistemologi, yang ditempuh melalui anti-metode dan anti-ilmu pengetahuan.
Anti metode yang
dimaksud adalah melawan kemapanan penelitian positivistik yang dianggap baku,
universal, dan kekal. Solusi yang ditawarkan adalah 2 langkah sebagai
pengganti. Pertama, prinsip perkembangbiakan (kebenaran yang ada tidak
tunggal). Dan yang kedua, prinsip apa saja boleh.
Anti terhadap ilmu
pengetahuan yang dimaksud adalah anti terhadap kekuasaan ilmu pengetahuan.
Menurutnya, kebenaran positivistik yang dikatakan baku, absolut, dan paling
unggul ternyata diselubungi oleh kepentingan-kepentingan berupa propaganda para
ilmuwan dan adanya tolak ukur institusional yang diberi wewenang untuk
memutuskan. Selain itu, menurutnya kebenaran positivistik ilmu sama seperti
zaman kegelapan (dark age) dimana terjadi monopoli kebenaran gereja.
Hm...menarik juga ya.
Oke, cukup dulu. Semoga bermanfaat.
Surabaya, 23 Agustus
2015






0 komentar:
Posting Komentar