Senin, 16 Mei 2016

Laki-laki dan Perempuan

Pada fase postmodernisme, salah satu paham yang gencar disosialisasikan adalah feminisme, yaitu paham yang ingin mewujudkan kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan. 

Paham ini muncul karena perempuan di Barat pada masa dahulu benar-benar tertindas. Perempuan dianggap manusia kelas kedua, bahkan ada yang meragukan apakah perempuan adalah manusia. 

Tragisnya, pandangan yang merendahkan perempuan justru dilegitimasi oleh agama yang ada di Barat, yaitu Kristen. Dalam kitab mereka, bibel, terdapat banyak keterangan yang menunjukkan bahwa perempuan adalah makhluk yang bersalah dan layak untuk ditindas dan berada di bawah laki-laki. Misalnya, perempuanlah yang menjadi penyebab manusia diusir ke bumi, tidak tinggal di surga. Perempuanlah penyebab dosa dan karenanya mereka dikutuk dengan memiliki beban yang sangat berat, seperti melahirkan menyusui, dan lain-lain.

Yah, begitulah nasib perempuan di Barat pada masa lalu. Kemudian datang masa renaissance, di mana penentangan terhadap gereja terhadi secara massif dan banyak orang yang menyatakan bahwa mereka memiliki kebebasan sebebas-bebasnya dalam berpikir. Kaum perempuan di sana pun tidak tinggal diam. Mereka ikut keluar dan berani menyuarakan bahwa perempuan tidak boleh lagi ditindas. Harus ada kesetaraan antara laki-laki dan perempuan.

 Namun, mereka melampaui batas. Gerakan yang bermula dari kebencian ini kemudian berlebih-lebihan. Dari yang semula ingin agar perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki, banyak yang kemudian menyatakan bahwa mereka lebih baik dari laki-laki. Di antara mereka juga ada yang menyatakan bahwa kesetaraan tidak hanya pada sisi sosial, tapi dalam hubngan seksual juga. Kenikmatan seksual menurut mereka tidak hanya didapatkan dari laki-laki, tapi juga bisa dari perempuan. Sehingga lahirlah apa yang disebut dengan lesbianisme, penyuka sesama perempuan. 

Parahnya, paham yang lahir di Barat ini kemudian diekspor ke negara Islam. Padahal, perempuan-perempuan muslim tidak memiliki masalah seperti di Barat. Berbeda dengan perempuan di Barat yang dihina dan ditindas, perempuan dalam Islam justru dimuliakan. Kalau agama di Barat “membolehkan” penindasan terhadap perempuan, maka agama Islam justru mengangkat harkat dan martabat kaum perempuan. Jadi, sebenarnya paham ini tidak berlaku untuk perempuan-perempuan muslim. Apalagi,  latar belakang munculnya paham ini adalah karena kebencian terhadap laki-laki.

Lantas, bagaimana dengan kedudukan antara laki-laki dan perempuan dalam Islam? Jawaban dan perumpumaan yang disampaiakan oleh Dr. Zakir Naik dalam salah satu ceramahnya sangat bagus. Dalam penjelasannya, ia menyampaikan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan yang sama. Ia pun menyebut landasannya dari al-Quran. Dalam banyak hal laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan yang sama. Namun dalam beberapa hal laki-laki lebih unggul dari perempuan, dan dalam hal lainnya perempuan yang lebih unggul. Sehingga, mereka tetap memiliki kedudukan yang sama.

Dia menganalogikan dengan dua murid yang memiliki nilai yang sama besar. Namun dalam beberapa hal, sebenarnya mereka sama-sama memiliki keunggulan atas yang lain. Hanya saja nilai keduanya tetap sama. Sehingga tidak bisa dikatakan bahwa murid yang pertama lebih unggul dibandingkan dengan murid yang kedua.

Begini, ada 10 soal. Pada soal pertama, murid pertama (A) dapat 8 poin dari 10 sedangkan murid kedua (B) dapat poin 10. Jadi pada soal pertama, murid B lebih unggul. Adapun soal yang kedua, murid A dapat poin 10 dari 10 dan murid yang kedua pat poin 8. Nah, pada soal yang kedua ini murid A lah yang lebih unggul. Bagaimana dengan soal nomor 3 sampai 10? Jawaban mereka sama-sama bernilai 10 poin dari masing-masing soal.Ketika ditotal, keduanya memiliki nilai yang sama. Murid A dapat nilai 98, begitu juga dengan murid B. Tidak ada yang lebih unggul di antara keduanya. Namun untuk soal pertama murid B lebih unggul dan pada soal yang kedua murid A lah yang lebih unggul.

Begitu juga dengan kedudukan laki-laki dan perempuan dalam Islam. Laki-laki, misalnya, menjadi pemimpin dalam rumah tangga. Alasannya adalah karena laki-laki secara fisik lebih kuat dari perempuan. Hal itu diterangkan dalam al-Quran. Namun, dalam sebuah hadits diterangkan bahwa perempuan (ibu) lebih dimuliakan 3 kali lipat dari laki-laki (ayah). Jadi, laki-laki dan perempuan sama-sama lebih unggul dalam beberapa hal. Adapun dalam banyak hal keduanya sama, tidak ada yang lebih unggul.

Sehingga kesimpulannya adalah, laki-laki dan perempuan dalam Islam memiliki kedudukan yang sama. Keduanya juga sama-sama lebih unggul dalam hal-hal tertentu. Wallahua’lam bisshowab.


Surabaya, 14 Mei 2016

0 komentar:

Posting Komentar