Saudaraku, pada hari
kamis kemarin (6/11/14), saya mengikuti sebuah acara seminar nasional yang
diisi oleh orang-orang hebat dalam dunia ekonomi syariah. Ada Syafi’i Antonio,
Adiwarman A. Karim, dan lain-lain.
Sponsornya pun tidak main-main, Bank Indonesia. Ya, sponsor utamanya
adalah Bank Indonesia. Dan ternyata, agenda Bank Indonesia ini tidak hanya
seminar, melainkan juga banyak agenda lainnya seperti lomba-lomba, bazar, dan
lain-lain.
Namun kali ini saya
hanya akan sedikit mengupas tentang apa yang disampaikan oleh Dr. Syafi’i
Antonio. Tema yang ia sampaikan adalah “Ekonomi Syariah sebagai Solusi
Permasalahan Ekonomi”.
Pakar ekonomi syariah
Indonesia ini menyampaikan bahwa selama bertahun-tahun telah terjadi 32 krisis
di dunia ini. Itu artinya ada permasalahan serius yang melanda sistem ekonomi
dunia. “What happening with the System?”, katanya.
Sistem ekonomi
kapitalisme, lanjutnya, memiliki dampak kerusakan yang luar biasa. Terjadi
ketidakmerataan pendapatan dalam perekonomian masyarakat. Jurang pemisah antara
si kaya dan si miskin sangat lebar. Walaupun pada satu sisi orang-orang kaya di
dunia berjumlah banyak dengan jumlah kekayaan yang sangat melimpah, namun di
sisi yang lain teramat banyak orang-orang yang hidup di bawah kemiskinan.
“Dari 131 negara di
dunia, 1 dari 5 orang hidup di bawah tekanan kemiskinan”, katanya.
Lantas, apa solusinya?
Ekonomi Syariah atau Ekonomi Islam, itulah solusi yang ditawarkan ketua STIE
Tazkia ini.
Sebelum menutup
seminar, ada ungkapan menarik dan penting yang patut saya taruh di sini dari
apa yang ia sampaikan. Ia menyampaikan bahwa perda syariah yang ada di
Indonesia belum menyentuh ekonomi syariah. Perda syariah yang ada hanya
mengatur larangan minum keras, larangan berzina, dan semisalnya. Bahkan,
peraturan yang ada di Aceh sebagai daerah istimewa pun tak menyentuh sama
sekali perda syariah.
Makanya dalam seminar
ini, Syafii Antonio mengulang-ulang kata “political commitment”. Artinya, peran
pemerintah sangat penting dalam rangka memajukan perekonomian bebasis syariah
di Indonesia.
Surabaya, 13 November
2014






0 komentar:
Posting Komentar