Alhamdulilah saudaraku,
akhirnya saya bisa nuis di sini. Lama sekali saya tak menulis di sini. Padahal,
targetnya menulis setiap hari. Targetnya muluk sekali ya. Tapi nggak papa,
tetap saya pasang target menulis setiap hari. Siapa tahu bisa.
Sebelum saya tuliskan
apa yang ingin saya tulis, saya ingin menjadikan menulis sebagai hobi. Kalau
sudah hobi, maka saya akan enjoy menulis dan ketagihan. Nah, tampaknya saya
belum menjadikan aktivitas menulis sebagai hobi.
Baiklah saudaraku,
tiba saatnya bagi saya untuk menulis apa yang ingin saya tulis. Beberapa waktu
lalu, saya membaca majalah milik Nurul Hayat (NH). Di sana buka rubrik yang
diasuh Prof. Dr. Ali Aziz. Dia adalah guru besar UINSA Surabaya dan imam
tarawih di berbagai negara. Dan yang membuat saya bersyukur, beliau adalah
dosen saya. Alhamdulillah.
Judul yang dia
berikan di rubrik tersebut adalah “Muslim Selektif Produktif”. Tulisannya
dibuka dengan 3 ayat pertama dari surat Al-Mu’minun. Uniknya, kata “qod aflaha”
tidak diartikannya sebagai “Sunggguh beruntung”, tapi diartikan “Sungguh
bahagia”. Dan memang, makna keduanya mirip. Orang yang beruntung pasti akan
bahagia.
Begini redaksi
terjemahannya, “Sungguh berbahagia orang-orang yang beriman. Yaitu orang-orang
yang khusyu’ dalam shalatnya. Dan orang-orang yang meninggalkan hal-hal yang
tidak berguna”.
Jadi untuk menjadi
orang yang bahagia, cara yang pertama adalah menjadi orang yang beriman. Cara
yang kedua adalah shalatnya khsuyu’. Dan cara yang ketiga adalah meninggalkan
hal yang tidak berguna.
Nah, dari cara yang
ketiga ini, banyak manusia yang lalai. Banyak yang melakukan hal-hal yang tidak
berguna. Jadi bagi muslim yang benar, yang berbahagia, dia tinggalkan
perkara-perkara yang tidak berguna sekalipun itu dibolehkan (mubah). Jadi
hidupnya selalu produktif. Tak ada waktu berjalan kecuali ada diisi dengan
kegiatan-kegiatan produktif.
Orang mukmin juga
akan selektif dalam memilih kegiatan dan mengisi waktu. Dia hanya akan
beraktivitas dan melakukan hal-hal yang wajib dan sunnah (dianjurkan). Adapun
perkara mubah (dibolehkan) yang tak menghasilkan manfaat, makruh (sebaiknya
ditinggalkan), dan haram (dilarang) tidak dilakukan.
Kalaulah seseorang
mampu mempraktekkan ayat ini; yaitu menjadi mukmin, mengerjakan shalat dengan
khusyu’, meninggalkan halhal yang tidak berguna, maka dia kan menjadi orang
yang bahagia, selektif, dan produktif. Subhanallah.
Baik saudaraku. Cukup
dulu. Semoga besok saya bisa nulis lagi. :)
Panceng, 11 Januari
2014






0 komentar:
Posting Komentar