Jumat, 05 Juni 2015

Menjadi Orang Bahagia, Selektif, dan Produktif

Alhamdulilah saudaraku, akhirnya saya bisa nuis di sini. Lama sekali saya tak menulis di sini. Padahal, targetnya menulis setiap hari. Targetnya muluk sekali ya. Tapi nggak papa, tetap saya pasang target menulis setiap hari. Siapa tahu bisa.

Sebelum saya tuliskan apa yang ingin saya tulis, saya ingin menjadikan menulis sebagai hobi. Kalau sudah hobi, maka saya akan enjoy menulis dan ketagihan. Nah, tampaknya saya belum menjadikan aktivitas menulis sebagai hobi.

Baiklah saudaraku, tiba saatnya bagi saya untuk menulis apa yang ingin saya tulis. Beberapa waktu lalu, saya membaca majalah milik Nurul Hayat (NH). Di sana buka rubrik yang diasuh Prof. Dr. Ali Aziz. Dia adalah guru besar UINSA Surabaya dan imam tarawih di berbagai negara. Dan yang membuat saya bersyukur, beliau adalah dosen saya. Alhamdulillah.

Judul yang dia berikan di rubrik tersebut adalah “Muslim Selektif Produktif”. Tulisannya dibuka dengan 3 ayat pertama dari surat Al-Mu’minun. Uniknya, kata “qod aflaha” tidak diartikannya sebagai “Sunggguh beruntung”, tapi diartikan “Sungguh bahagia”. Dan memang, makna keduanya mirip. Orang yang beruntung pasti akan bahagia.

Begini redaksi terjemahannya, “Sungguh berbahagia orang-orang yang beriman. Yaitu orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya. Dan orang-orang yang meninggalkan hal-hal yang tidak berguna”.


Jadi untuk menjadi orang yang bahagia, cara yang pertama adalah menjadi orang yang beriman. Cara yang kedua adalah shalatnya khsuyu’. Dan cara yang ketiga adalah meninggalkan hal yang tidak berguna.

Nah, dari cara yang ketiga ini, banyak manusia yang lalai. Banyak yang melakukan hal-hal yang tidak berguna. Jadi bagi muslim yang benar, yang berbahagia, dia tinggalkan perkara-perkara yang tidak berguna sekalipun itu dibolehkan (mubah). Jadi hidupnya selalu produktif. Tak ada waktu berjalan kecuali ada diisi dengan kegiatan-kegiatan produktif.

Orang mukmin juga akan selektif dalam memilih kegiatan dan mengisi waktu. Dia hanya akan beraktivitas dan melakukan hal-hal yang wajib dan sunnah (dianjurkan). Adapun perkara mubah (dibolehkan) yang tak menghasilkan manfaat, makruh (sebaiknya ditinggalkan), dan haram (dilarang) tidak dilakukan.

Kalaulah seseorang mampu mempraktekkan ayat ini; yaitu menjadi mukmin, mengerjakan shalat dengan khusyu’, meninggalkan halhal yang tidak berguna, maka dia kan menjadi orang yang bahagia, selektif, dan produktif. Subhanallah.

Baik saudaraku. Cukup dulu. Semoga besok saya bisa nulis lagi. :)


Panceng, 11 Januari 2014

0 komentar:

Posting Komentar