Kalau
ada orang yang tak mau mengucapkan terima kasih kepada yang membantunya,
disebut sebagai orang yang tak tahu berterimakasih. Lantas bagaimana dengan
orang yang tak bersyukur kepada Allah, dia disebut apa? Orang yang tak tahu
bersyukur?
Saudaraku,
sungguh besar nikmat Allah yang berikan. Tak mampu kita menghitungnya. Tak
mampu kita merinci dengan detail, apa saja nikmat yang Allah berikan. Jika kita
membeli buku yang sangat tebal, lalu kita tulis satu persatu apa saja nikmat
yang Allah berikan, maka buku itu tidak akan muat. Kalaupun ada banyak buku yang diberikan kepada kita,
maka tetap tidak akan muat sekalipun jumlah buku itu sebanyak jumlah manusia,
sejak nabi Adam hingga akhir zaman.
Saudaraku,
selain tidak bisa dihitung, nikmat juga tidak bisa kita sadari dengan rasa
sadar yang teramat tinggi sebelum kita kehilangan nikmat itu. Setelah Allah
mencabut salah satu nikmat yang Allah berikan, baru kita sadar sesadar-sadarnya
bahwa nikmat Allah tersebut sungguh sangat besar dan begitu bermanfaat untuk
kita.
Lantas,
seperti apa konsep syukur yang benar? Konsep syukur yang benar adalah perasaan
terima kasih yang teramat besar dalam hati. Lalu setelah itu diungkapkan dengan
lisan berupa ucapan “alhamdulillah”. Setelah itu, langkah selanjutnya adalah
bersyukur dengan melakukan ketaatan kepada Allah. Bersyukur dengan karya yang
kita persembahkan untuk ummat. Syukur yang dinamis, bukan statis.
Apakah
kita sudah termasuk orang yang suka bersyukur? Atau, apakah kita termasuk
orang-orang yang jarang bersyukur? Atau, jangan-jangan kita termasuk
orang-orang yang mengingkari nikmat-nikmat yang Allah berikan? Hm...Semoga kita
mampu menjadi pribadi-pribadi bersyukur, baik dengan hati, lisan, ataupun
dengan ketaatan. Amiin.
Surabaya,
6 Januari 2016






0 komentar:
Posting Komentar