Rabu, 06 Januari 2016

Menyesal


Rasa penyesalan dalam hati ada dua macam, jelek dan baik. Jelek ketika penyesalan itu sangat mengganggu dan merusak diri. Yang ada adalah ratapan-ratapan kosong yang membuat masa depan suram. Kata yang keluar dari lisannya adalah “seandainya” dan “kalau saja”. Dia sering berandai-andai dan melamun namun tak ada aksi apapun dalam hidupnya yang bermanfaat bagi dirinya ataupun orang lain.

Orang semacam ini akan cenderung menyalahkan takdir. Dia tanpa sadar melakukan protes terhadap ketentuan Allah. Dia mengira hubungannya baik dengan Allah, padahal Dia sendiri yang merobek hubungan itu dengan cara tidak meridhai dan menerima apa yang Allah tentukan. 
Namun, ada juga penyesalan yang baik. Penyesalan yang baik adalah penyesalan yang membawa dampak positif. Setelah ada rasa penyesalan, dia kemudian berusaha lebih baik dari sebelumnya. Jika sudah begini, maka rasa menyesal bisa dikatakan sebuah kewajiban. Dia wajib menyesal agar dia bisa lebih baik. 
Orang yang sering melakukan dosa juga wajib menyesal agar dia diterima taubatnya oleh Allah. Kalau tak ada rasa menyesal, maka taubatnya tidak akan diterima. Karena kalau tidak ada rasa penyesalan dalam diri, berarti masih ada keinginan untuk melakukan dosa itu. Dia berpandangan bahwa dosa itu adalah sesuatu yang nikmat. Dia merasa ketagihan. Dia ingin melakukan dosa itu lagi. 

Jika itu yang terjadi, maka istighfar yang ia ucapkan berkali-kali dalam wiridnya tak akan berguna sama sekali. Kenapa? Karena dia tak menyesali perbuatannya. Ketika dia tak menyesal, maka dia tak akan ada keinginan untuk berhenti melakukan.

Oh, alangkah pentingnya menyesal yang seperti ini. Berbeda dengan penyesalan sebelumnya. Semoga kita bisa terbebas dari rasa penyesalan yang negatif dan mampu memiliki rasa penyesalan yang positif, agar Allah sayang kita dan kita menjadi orang-orang yang baik di sisi-Nya. Amiin.


Surabaya, 5 Januari 2016








0 komentar:

Posting Komentar