Sabtu, 02 Januari 2016

Pendengar yang Baik



Mengapa Allah menciptakan telinga berjumlah dua sedangkan lisan hanya satu? Apa hikmahnya? Hikmah yang bisa kita petik yaitu agar kita lebih banyak mendengar daripada berbicara. 

Banyak di antara kita yang merasa kesulitan  menjadi pendengar yang baik. Tidak mudah mendengarkan dengan seksama apa yang orang lain sampaikan atau ceritakan. Apalagi ketika ada pekerjaan yang ingin segera diselesaikan. Biasanya kita ingin cepat-cepat mengakhiri percakapan dan meninggalkan lawan bicara kita yang sedang asyik bercerita.

Padahal, untuk mendapatkan teman yang baik dan sayang kepada kita caranya adalah menjadi pendengar yang baik. Orang yang didengar akan merasa nyaman berada di dekat kita. Mereka akan merasa plong ketika menyampaikan apa yang diutarakan  kepada kita. Sekalipun kita tidak mampu membantu menyelesaikan masalah, mereka tetap senang ketika kita mau mendengarkan.

Rasulullah Saw adalah teladan utama dalam urusan mendengarkan ini. Suatu ketika, seorang ahli orator kaum Quraisy diutus untuk mempengaruhi nabi Muhammad Saw dengan kedahsyatan dan kekuatan kata-katanya. Di hadapan Rasulullah Saw dia sampaikan kata-kata memukau dan silau dalam waktu yang lama. Rasulullah Saw dengan sabar menunggu semua ucapan yang dilontarkan tanpa memotong sedikitpun. Setelah utusan itu selesai berbicara, Rasulullah Saw kemudian bertanya, “Apakah kamu sudah selesai?” Sang orator itu pun mengiyakan pertanyaan Rasulullah Saw. 

Kemudian Rasulullah Saw membacakan sebuah ayat al-Quran  yang membuat sang orator terdiam. Dia sempat merenungi bacaan ayat al-Quran tersebut. Akhirnya dia pulang dengan tangan hampa, tidak berhasil mempengaruhi nabi Muhammad Saw. 

Ada pelajaran dari apa yang Rasulullah Saw lakukan, yaitu hendaknya kita tidak memotong lawan bicara ketika sedang asyik ngomong. Karena secara psikologis orang yang dipotong omongannya akan merasa jengkel dan tidak diterima. Walaupun yang disampaikan adalah kebaikan, tapi hati dongkol dan jengkel maka kebaikan itu sulit masuk ke hati. Jadi, seni mendengarkan dan tidak memotong pembicaraan sangat penting dalam kehidupan kita.

Itulah kekuatan mendengar. Semoga kita bisa menjadi pendengar yang baik. Amiin.



Surabaya, 2 Januari 2016

0 komentar:

Posting Komentar