Mengapa
Allah menciptakan telinga berjumlah dua sedangkan lisan hanya satu? Apa
hikmahnya? Hikmah yang bisa kita petik yaitu agar kita lebih banyak mendengar
daripada berbicara.
Banyak
di antara kita yang merasa kesulitan
menjadi pendengar yang baik. Tidak mudah mendengarkan dengan seksama apa
yang orang lain sampaikan atau ceritakan. Apalagi ketika ada pekerjaan yang
ingin segera diselesaikan. Biasanya kita ingin cepat-cepat mengakhiri
percakapan dan meninggalkan lawan bicara kita yang sedang asyik bercerita.
Padahal,
untuk mendapatkan teman yang baik dan sayang kepada kita caranya adalah menjadi
pendengar yang baik. Orang yang didengar akan merasa nyaman berada di dekat
kita. Mereka akan merasa plong ketika menyampaikan apa yang diutarakan kepada kita. Sekalipun kita tidak mampu
membantu menyelesaikan masalah, mereka tetap senang ketika kita mau
mendengarkan.
Rasulullah
Saw adalah teladan utama dalam urusan mendengarkan ini. Suatu ketika, seorang
ahli orator kaum Quraisy diutus untuk mempengaruhi nabi Muhammad Saw dengan
kedahsyatan dan kekuatan kata-katanya. Di hadapan Rasulullah Saw dia sampaikan
kata-kata memukau dan silau dalam waktu yang lama. Rasulullah Saw dengan sabar
menunggu semua ucapan yang dilontarkan tanpa memotong sedikitpun. Setelah
utusan itu selesai berbicara, Rasulullah Saw kemudian bertanya, “Apakah kamu
sudah selesai?” Sang orator itu pun mengiyakan pertanyaan Rasulullah Saw.
Kemudian
Rasulullah Saw membacakan sebuah ayat al-Quran yang membuat sang orator terdiam. Dia sempat
merenungi bacaan ayat al-Quran tersebut. Akhirnya dia pulang dengan tangan
hampa, tidak berhasil mempengaruhi nabi Muhammad Saw.
Ada
pelajaran dari apa yang Rasulullah Saw lakukan, yaitu hendaknya kita tidak
memotong lawan bicara ketika sedang asyik ngomong. Karena secara psikologis
orang yang dipotong omongannya akan merasa jengkel dan tidak diterima. Walaupun
yang disampaikan adalah kebaikan, tapi hati dongkol dan jengkel maka kebaikan
itu sulit masuk ke hati. Jadi, seni mendengarkan dan tidak memotong pembicaraan
sangat penting dalam kehidupan kita.
Itulah
kekuatan mendengar. Semoga kita bisa menjadi pendengar yang baik. Amiin.
Surabaya,
2 Januari 2016






0 komentar:
Posting Komentar